Friday, 19 June 2020

Berbudi

Seorang gadis cantik berusia 22 tahun sedang memilih sayuran di pasar. Memilah dan memilih bahan-bahan dapur dan meletakkannya pada keranjangnya. Lalu disodorkan pada penjualnya. Setelah menuntaskan pembayaran belanjanya. Gadis berparas ayu itu langsung keluar dari pasar. Dan kembali memilih melihat-lihat sekitar pasar, mana tahu ada sesuatu yang terlupa dan yang bisa dia beli lagi, karena uang belanjanya masih tersisa 135 ribu lagi.

Gadis tersebut berjalan kearah penjual kue-kue basah. Akhirnya dia membeli beberapa kue untuk dibawa pulang sebagai sarapan pagi oleh orang-orang Panti Asuhannya. Setelah kegiatannya di pasar, akhirnya memutuskan untuk segera pulang ke Panti Asuhannya, sebelum hal yang tidak dia inginkan terjadi.

Ckiiittttt…..

Bruuaaaakkkkk….

            Gadis itu langsung menoleh ke sumber suara. Begitu juga orang-orang di pasar. Mulai mengerumuni asal suara tersebut. Gadis itu akhirnya mengkuti orang-orang untuk melihat apa yang terjadi.

            Didepan mata kepalanya sendiri, dia melihat wanita paruh baya berusia sekitar 40 tahun tergeletak di jalanan. Dengan darah yang sudah bercucuran di dahinya. Tidak satu orang pun yang berani menolongnya.

Gadis itu sedikit gemetar juga kasihan melihat wanita paruh baya tersebut.

Tetapi dia memberanikan diri untuk lebih dekat. Sampai salah seorang warga mengatakan sesuatu padanya.

“Dek jangan sentuh dia. Kita tunggu aja sampai polisi datang”.

Gadis itu lalu berhenti. Dan seakan itu bertolak belakang dari lubuk hatinya yang sangat ingin menolong wanita itu. Dia berpikir kembali, apa jadinya jika wanita didepannya saat ini tak terselamatkan, karena darah yang terus mengalir keluar dari hidung dan kepalanya. Gadis itu merasa akan menyesal seumur hidupnya karena membiarkan wanita itu tergeletak dengan bersimbah darah.

Gadis itu lalu mendekati wanita itu dan membalikkan tubuh wanita itu. Wajahnya yang penuh dengan darah membuat gadis itu semakin panik. Dia segera berteriak meminta bantuan pada orang-orang namun tak ada satupun yang berniat menolongnya. Tapi ada satu orang supir angkutan umum yang bersedia memberikan tumpangan untuk mereka menuju klinik terdekat.

***

Klinik Pelita Harapan.,

            Mereka tergesa-gesa mendorong bed itu menuju ruangan khusus pasien IGD.

“Kalian tunggu diluar dan segera selesaikan administrasi. Kami akan mengurus pasien ini”. Ucap salah perawat lalu menutup pintu ruangan IGD itu.

            Gadis itu mondar-mandir didepan pintu ruangan IGD itu. Setelah menyelesaikan administrasi, dan meyakinkan pihak resepsionis bahwa pihak keluarga korban tabrak lari akan membayar sepenuhnya biaya pengobatan pasien dengan memberi jaminan ponselnya yang harganya tidak seberapa.

            Salah satu perawat berjalan kearah mereka.

“Maaf bu, yang menolong pasien atas nama siapa ?”. Tanya perawat itu sopan.

            Gadis dan pria paruh baya itu saling melihat satu sama lain.

“Saya Yuri, Sus”. Ucap gadis itu pelan.

            Perawat lalu menulis namanya pada buku ekspedisinya. Dan berlalu pergi dari hadapan mereka.

“Dek, kamu sebaiknya tenang. Ibu itu pasti selamat”. Ucap seorang pria bernama Pak Cecep, yang juga ikut menolong ibu yang tertabrak motor tadi.

“Iya Pak. Saya yakin Allah pasti  menyelamatkan ibu itu. Oh iya kalau saya boleh tahu nama bapak siapa ?”. Ucap gadis itu.

“Saya Pak Cecep dek. Dan kalau bapak boleh tahu, kamu tinggal dimana Yuri ?”. Tanya Pak Cecep.

            Gadis itu tertawa pelan. Dia lalu mengatakan nama lengkapnya pada Pak Cecep.

“Pak, nama saya Chandani Oyuri. Almarhum kedua orang tua saya memanggil saya dengan sebutan Yuri. Dan keluarga saya yang sekarang, memanggil saya dengan nama Icha. Jadi bapak panggil saya Icha saja. Saya tinggal di Jalan Kateren, Dusun II pak.”. Ucap Icha tersenyum pada Pak Cecep.

“Oh maaf Icha. Bapak gak tahu. Maaf kalau saya menyinggung soal almarhum orang tua kamu. Berarti rumah kamu dekat dengan rumah saya. Dekat pasar minggu kan ?”. Ucap Pak Cecep seraya tidak enak hati dan bertanya untuk  mengalihkan pembicaraan.

“Iya pak. Sekitar 15 menit la pak dari pasar minggu”. Ucap Icha sambil mengganggukkan kepalanya.

            Pak Cecep lalu diam. Dia sendiri pun bingung, mau membahas apa dengan gadis yang usianya tidak jauh dengan usia putrinya itu.

“Hmm.. Orang tua saya meninggal karena kecelakaan saat usia saya masih 9 tahun. Dan keluarga saya yang sekarang adalah sahabat dari kedua orang tua saya. Mereka bilang, almarhum orang tua saya berpesan agar mereka mau mengurus saya sampai saya dewasa”. Ucap Icha sambil menerawang kearah langit-langit.

            Pak Cecep melihat Icha dengan rasa iba. Dia merasa bahwa  Icha seperti tidak bahagia dengan kehidupannya yang sekarang.

“Kalau bapak boleh tau, apa kamu bahagia dengan keluarga barumu yang sekarang Nak ?”. Tanya Pak Cecep sedikit ragu, takut menyinggung perasaan Icha.

            Icha lalu menoleh kearah Pak Cecep sambil tersenyum tulus.

‘Wajahmu sangat tulus Nak. Saya yakin kamu pasti berhati mulia. Semoga hidupmu dipenuhi dengan kelimpahan kebahagiaan sampai akhir hayat kamu’. Bathin Pak Cecep membalas senyuman Icha.

“Saya bahagia pak. Saya sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan mereka yang ikhlas menerima saya dan mengurus saya selama saya tinggal bersama dengan mereka”. Ucap Icha.

            Pak Cecep hanya mengangguk  iya. Mereka lalu diam sesaat. Dan keluarlah seorang dokter dan perawat yang menangani ibu tadi.

“Bagaimana keadaan ibu itu dokter ?”. Tanya Icha dengan nada khawatir.

            Dokter itu tersenyum melihat Icha, seakan Icha adalah putri dari ibu yang dia tangani tadi.

“Dia baik-baik saja. Dia pingsan karena syok. Dan perdarahan di kepalanya, itu karena benturan dari aspal. Tapi secara keseluruhan, beliau baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir”. Ucap dokter itu.

“Apa kami boleh melihat beliau dok ?”. Tanya Pak Cecep.

“Untuk saat ini sebaiknya biarkan dia beristirahat dulu. Sampai dia benar-benar siuman”. Ucap dokter itu.

            Dokter itu masih memandang Icha.

“Maaf, kalau saya boleh tau. Apa anda mengenal beliau ?”. Tanya dokter itu pada Icha.

“Tidak dokter. Kami tidak saling kenal. Saya bertemu ibu itu di pasar. Karena dia ditabrak oleh pengendara sepeda motor, mereka lari gitu aja. Dan saya tidak tega lihat ibu itu, terus karena Pak Cecep mau memberi tumpangannya. Ya kami bawa ibu itu kesini. Begitu dokter ceritanya”. Ucap Icha panjang lebar, menjelaskan pertemuannya dengan ibu itu.

            Dokter itu mengangguk iya.

“Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu”. Ucap dokter itu berlalu pergi dari hadapan mereka.


            Icha lalu melihat kearah jam dinding. Gawat! Dia pikir harus segera pulang, karena kalau tidak orang rumah akan memarahinya habis-habisan.

“Pak. Apa bapak bisa menunggu ibu itu sampai siuman atau sampai keluarganya datang ? Saya tidak bisa lama disini pak. Karena keluarga saya pasti mencari saya”. Ucap gadis itu memohon pada Cecep.

            Cecep mengangguk iya.

            Gadis itu lalu keluar klinik, mengambil belanjaan miliknya di angkutan umum milik Pak Cecep, lalu segara balik kerumahnya.

***

Rumah Pradipta Salaman.,

Siang Hari.,

“Ichaaa!”. Teriak Leta Niswari, seorang wanita berusia 41 tahun berjalan kearah gadis yang membawa belanjaannya.

            Wanita itu memukul badannya dengan menggunakan gagang sapu.

“Ampun bu. Ampun”. Ucap Icha memohon ampun, kesakitan karena tubuhnya lagi-lagi dipukuli dengan gagang sapu oleh ibu angkatnya, Leta.

            Dua orang wanita yang usianya tak jauh berbeda dengannya hanya tertawa melihat Icha disiksa oleh ibu kandung mereka.

..**..

            Icha adalah panggilan akrabnya. Gadis berusia 22 tahun, bernama lengkap Chandani Oyuri merupakan anak angkat dari keluarga Pradipta Salaman. Dipta dan Leta mengadopsi Icha saat dia berusia 9 tahun.

            Awalnya Leta sangat menolak keras untuk mengadopsi Icha, karena baginya akan sangat menyusahkan dan menambah beban hidup mereka saja. Tetapi karena Dipta sudah mengambil keputusan, maka tidak seorang pun yang berani bicara.

            Icha adalah anak dari almarhum kedua sahabat Dipta yang meninggal karena kecelakaan mobil. Sebelum kedua orangtua Icha meninggal, mereka berpesan menitipkan Icha dan berharap mau mengasuhnya sampai Icha menikah dengan pria yang siap menjaganya seumur hidupnya. Dan Dipta menyanggupi permintaan terakhir kedua sahabatnya itu.

            Almarhum kedua orangtua Icha memang sama-sama sudah tidak mempunyai keluarga. Mereka juga hidup pas-pasan kala itu. Hanya memiliki sebuah mobil dan sebuah rumah. Maka dari itu, almarhum kedua orangtua Icha menitipkan Icha pada Dipta dan memberinya sebuah rumah dan mobil kepada keluarga Dipta sebagai balas budi untuk mengurus Icha sampai dia menikah. Karena mereka tidak mau Icha hidup sebatang kara tanpa mereka.

..**..

            Sudah 13 tahun Icha hidup bersama keluarga Pradipta, keluarga angkatnya. Icha sangat menyayangi mereka semua. Walaupun ibu dan saudara angkatnya sangat membenci bahkan sanggup menyiksanya. Dia tetap menyayangi mereka. Karena bagi Icha, lebih menyakitkan lagi jika ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi.

            Sedangkan Dipta ? Dipta sangat menyayangi Icha. Bahkan Sinta dan Sahya, anak kandungnya merasa cemburu pada Icha. Mereka merasa kalau perhatian dan kasih sayang ayah mereka lebih kepada Icha. Ditambah lagi ibu mereka yang mengompori putrinya sendiri agar membenci Icha. Itulah sebabnya Nursinta Salaman dan Nursahya Salaman sangat membenci Icha.

            Dipta sangat menyayangi Icha, karena selain penurut Icha adalah anak yang pemaaf. Dipta tahu bahwa selama ini istri dan kedua anaknya tidak bersahabat dengan Icha. Walaupun mereka telah hidup bersama selama 13 tahun lamanya, tidak membuat hati mereka terenyuh untuk menerima posisi Icha dirumah ini.

            Maka dari itu Dipta semakin menyayangi Icha, karena kalau bukan dia yang mencurahkan kasih sayangnya lalu siapa lagi ? Dia hanya ingin Icha tetap nyaman tinggal dirumahnya ini.

***

“Makanya. Kalo disuruh belanja itu ya belanja. Jangan kelayapan kayak kalong!”. Ucap Sahya sambil memukul kepala Icha dengan tangannya.

“Tahu ni! Dasar anak tak tahu diuntung. Uda numpang, pakek betingkah lagi!”. Timpal Sinta menendang punggung Icha.

            Icha hanya terduduk bersandar pada dinding di ruang tamu. Dia sama sekali tidak menangis. Dia sudah terbiasa diperlakukan kasar oleh ibu dan saudara angkatnya. Dia juga sadar akan posisinya dirumah ini.

“Sana masuk! Dan rubah wajah sok polos mu itu kalau suamiku pulang! Kau mengerti!”. Bentak Leta melempar sapu kearah Icha.

            Icha menutupi wajahnya agar tak kena serangan sapu. Dia mengangguk iya. Lalu mencoba berdiri dan berjalan ke kamarnya yang terletak disamping dapur.

“Dasar anak pembawa sial!”. Ucap Leta lagi, yang masih didengar oleh Icha.

            Icha berjalan menuju kamarnya yang tidak luas, hanya  terdapat tempat tidur kecil, lemari pakaian dua pintu, dan satu kamar mandi kecil. Dia meringis kesakitan menahan nyeri disekujur tubuhnya itu.

            Luka biru dipunggungnya saja belum sembuh, sekarang tambah luka baru lagi.

“Ya Allah, aku terima semua takdirku ini. Asalkan aku selalu berada dalam keluarga ini”. Gumamnya pelan, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan melaksanakan sholat Zhuhurnya.

...

            Icha mengambil sebuah bingkai foto.

“Ayah, Ibu. Aku rindu kalian. Aku ingin bersama kalian. Kapan kita bisa berjumpa kembali”. Gumam Icha pelan sambil terisak dalam tangisnya.

***

Klinik Pelita Harapan.,

Siang Hari.,

            Seorang pria tampan berkemeja batik berlari tergesa-gesa menghampiri pihak resepsionis.

“Saya keluarga pasien tabrak lari atas nama Arisha Cantara. Saya anak kandungnya”. Ucap pria itu berbicara pada mereka.

“Maaf atas nama bapak siapa ?”. Tanya salah satu resepsionis padanya. Resepsionis itu sedikit tebar pesona padanya.

            Tiba-tiba seorang pria memanggil pria itu.

“dr. Zhain ? Ibu anda ada disini. Mari ikut dengan saya”. Ucap pria itu, Raka. Teman sekampus Zhain yang merupakan dokter umum di klinik tersebut

            Mereka berjalan menuju salah satu ruangan tempat ibu Zhain dirawat.

***

“Dia baik-baik saja. Sebentar lagi siuman”. Ucap Raka pada sahabatnya yang sedang mencium kening ibunya.

“Thanks Ka. Aku gak tahu harus membalas budi mu dengan cara apa”. Jawabnya lalu berhadapan dengan Raka.

“Hey, bukan aku yang menolong mama mu. Tapi seorang gadis dan supir angkutan umum tadi”. Ucapnya.

            Zhain mengernyitkan dahinya.

“Ayo duduk dulu. Kau terlihat lelah sekali dr. Zhain”. Ucap Raka menyuruh Zhain duduk di sofa di dalam ruangan itu.

            Zhain hanya tersenyum miring.

“Seorang gadis sudah menyelamatkan ibumu. Dia hanya memberi sebuah ponsel sebagai jaminan untuk tebusan pengobatan mama mu, Zhain”. Ucapnya.

“Siapa namanya ?”. Tanya Zhain memastikan.

“Yuri. Perawatku bilang namanya Yuri. Dan supir angkutan umum itu namanya Pak Cecep. Dia yang memberi gadis itu tumpangan untuk membawa mama mu kesini”. Ucap Raka lagi.

            Zhain mengangguk iya.

“Aku akan membalas budi baiknya. Bisa aku minta nomor ponselnya ?”. Tanya Zhain.

“Aku akan minta sama perawatku nanti. Tapi kau tidak bisa membawanya pulang Zhain. Karena dia berpesan, setelah biayanya selesai, dia akan mengambilnya lagi”. Ucap Raka sambil terkekeh pelan.

“Apa ada yang lucu ?”. Tanya Zhain dengan suara dingin.

“Hey kawan! Kau ini tegang sekali. Santai sedikit. Aku hanya curiga jika ini takdir antara kau dengan gadis yang menolong mama mu. Karena aku lihat dia seperti masih single”. Ucap Raka menggoda Zhain.

“Hentikan omong kosong mu dr. Raka”. Ucapnya lalu berdiri dan menghampiri mamanya yang masih belum sadar dari pingsannya.

            Raka terkekeh pelan.

“Zhain. Usiamu sudah berapa. Kau juga sudah sangat mapan. Kau seorang dokter spesialis jantung paru ternama. Banyak sekali dokter cantik atau perawat cantik yang mengincarmu, bahkan rela mencuri perhatian mu. Ayolah kawan! Buka sedikit hatimu untuk satu orang wanita. Aku sudah beranak satu. Masak sampai sekarang kau betah menjomblo huh ?”. Ucap sinis kepada Zhain.

            Zhain menatap Raka sekilas. Lalu menghelas nafasnya panjang. Dan kembali duduk di sofa bersama Raka.

“Aku tidak tahu wanita seperti apa yang cocok denganku”. Ucapnya menatap Raka.

“Dengar Zhain. Bagaimana mungkin kau tahu cocok tidak cocoknya kalau tidak berniat memulai sebuah hubungan. Atau jangan-jangan berita tentang Gey itu adalah benar ?”. Tanyanya serius kepada Zhain.

            Zhain menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak perlu membuktikan kepada semua orang kalau aku masih normal, Raka. Aku akan segera menikah. Tapi untuk saat ini, mungkin aku belum menemukan wanita yang cocok”. Ucapnya.

“Zhain, aku ingin mengatakan sesuatu padamu”. Ucap Raka menatap Zhain intens.

            Zhain membalas tatapan Raka. Dia paham, kalau saat ini Raka berbicara serius dengannya.

“Gadis yang menolong ibumu tadi. Dia pasti gadis yang baik. Terlihat ketulusan dari wajahnya. Tapi aku rasa, dia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja”. Ucap Raka tidak jelas.

            Zhain menghela nafasnya kasar.

“Sebenarnya kau ingin membicarakan soal apa sih Ka ?”. Tanya Zhain seraya meminta penjelasan lebih detail. Pasalnya dia benar-benar tidak mengerti maksud dari ucapan teman lamanya itu.

“Ya mana tahu, kau ingin mengenal dia lebih baik Zhain. Jarang-jarang lo zaman sekarang ada calon istri berhati tulus seperti gadis tadi”. Ucap Raka menaikkan satu alisnya keatas.

”Ghhmm…”.

            Zhain membuang wajahnya kearah bed pasien.

            Wanita yang tidur di bed pasien menggerang pelan. Mereka langsung menghampiri wanita itu.

“Mama, apa ada yang sakit ? Bagian mana yang sakit ma ? Bilang sama Zhain”. Ucap Zhain lembut pada mamanya.

“Enggak ada nak. Mama mau pulang sekarang”. Ucap Icha memohon pada anak semata wayangnya itu.

“Iya. Ayo kita pulang sekarang”. Ucap Zhain.

            Zhain membantu mamanya untuk duduk.

“Tante harus banyak istirahat. Dan untuk selebihnya, sepertinya saya tidak perlu repot-repot menjelaskan lagi. Karena putra tante pasti sudah paham”. Ucap Raka mengedipkan satu mata pada Zhain.

“Kau harus memeriksakan matamu ke dokter mata dr. Raka”. Ucap Zhain sengaja mengejek.

            Arisha, mama Zhain hanya menggelengkan kepala karena tingkah dua pria dewasa dihadapannya yang bertingkah seperti anak kecil.

“Sudah-sudah, kalian ini sudah dewasa. Tapi masih saja bersikap seperti anak kecil”. Ucap Arisha.

“Maaf tante Ica. Tapi Raka sangat gemas dengan anak tante ini. Betah banget menjomblo”. Ucapnya sedikit menyindir.

            Arisha memandang anak semata wayangnya itu.

“Aku pasti akan urus kesehatan mama ku dengan baik dr. Raka. Terima kasih atas pertolongan anda”. Ucap Zhain seraya memberi hormat pada Raka.

“Kau ini, dasar! Suka sekali mengalihkan pembicaraan”. Ucap Arisha memukul pelan lengan Zhain.

            Zhain hanya tertawa pelan.

“Raka. Apa tante boleh tahu siapa nama gadis yang menolong tante tadi ?”. Tanya Arisha padanya.

            Raka dan Zhain terdiam sesaat, saling memandang.

“Tante sadar kalau tante diselamatkan oleh gadis dan supir angkot itu ?”. Tanya Raka.

            Arisha mengangguk pelan.

“Iya tante sadar. Tapi pandangan tante saat itu menggelap. Tante hanya mendengar suara histeris dan tangisan gadis itu. Juga supir angkot yang memarahi orang-orang karena hanya menonton saat kejadian di pasar tadi”. Ucapnya pelan hampir meneteskan air matanya.

“Mam, sudahlah. Kita akan ke rumah gadis yang menolong mama. Juga supir angkot itu, kita akan ke rumah mereka nanti”. Ucap Zhain berusaha menenangkan Arisha sambil memeluknya hangat.

            Arisha mengangguk iya.

            Mereka pun berkemas untuk pulang kerumah. Setelah menyelesaikan administrasi di klinik itu, Zhain dan Arisha kembali pulang kerumah. Tapi sebelumnya, Zhain sudah mengambil ponsel milik Icha, gadis yang menolong mamanya saat kecelakaan tadi pagi. Awalnya Raka sempat tidak memberi, dengan alasan takut jika gadis itu kembali ke klinik dan meminta ponselnya. Tetapi dengan alasan ingin bertemu dengan gadis itu tanpa susah payah, akhirnya Raka mengizinkan Zhain untuk membawa pulang ponsel milik gadis itu, Icha.

***

Rumah Zhakaria Afnan, Jakarta.,

Malam Hari.,

            Zhain dan Arisha sudah sampai dirumah mereka sejak sore tadi. Seluruh keluarga sangat cemas dengan keadaan Arisha. Terlebih lagi suami Arisha, Zhakaria Afnan. Zhaka yang masih berada di Singapura akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta saat itu juga.

            Arisha yang akrab disapa Ica membuka suara kepada seluruh keluarga tentang kejadian kecelakaan yang di alaminya pagi tadi, saat dia belanja ke pasar. Fokusnya tertuju pada seorang gadis yang dengan berani menolong dia yang bersimbah darah. Bahkan dia menceritakan bagaimana tulusnya gadis itu saat menolongnya tadi. Walau tak sempat melihat siapa gadis yang menolongnya, bagi Arisha gadis itu adalah malaikat yang pasti baik hatinya.

            Setelah semua keluarga dan kerabat pulang dari rumah mereka. Ivan Santoso, sepupu Zhain yang masih berada di rumah mereka bertanya tentang gadis itu.

“Siapa tadi nama gadis itu tan ?”. Tanya Ivan pada mereka yang masih duduk di ruang keluarga sambil menikmati cemilan yang ada.

“Yuri, Van. Namanya Yuri. Namanya saja cantik. Sesuai dengan perilakunya yang cantik”. Ucap Arisha seperti mengharap, kalau Yuri masih lajang dan bisa dijodohkan dengan putra semata wayangnya itu.

            Zhain berpura-pura tidak mendengar ucapan mamanya itu dan tetap fokus pada Mac-nya.

“Kenapa kamu tanya Van ? Ada niat mau bantu mencari tahu siapa gadis itu ?”. Tanya Zhaka pada Ivan.

“Iya Ivan, Eyang pun sepertinya penasaran dengan gadis itu. Kejadian ini sangat langka sekali. Gadis itu berani menolong seseorang yang tidak dia kenal”. Ucap Ghayda Hamrah, yang akrab disapa Ida.

            Semua diam sambil berpikir, begitu juga dengan Zhain. Dalam diamnya, dia berpikir keras bagaimana pun caranya dia harus berterima kasih dengan gadis itu karena sudah menyelamatkan mamanya, orang yang paling dia sayangi itu.

“Kami akan coba cari tahu Eyang. Tapi mungkin ponsel milik gadis itu bisa kita jadikan sebagai petunjuk juga Kak Zhain”. Ucapnya pada melirik kearah Zhain.

            Zhain hanya diam, bahkan tak memandang Ivan sedikit pun.

“Oh ayolah Kak Zhain. Sikap dingin mu itu, kenapa masih kau pelihara sampai sekarang kak. Usia mu sudah tua. Bersahabatlah sedikit dengan para sepupu mu”. Ucap Ivan menyindir Zhain.

            Yah! Karena sedari tadi, dari mulai acara kerabatnya yang berdatangan kerumah hingga mereka pulang, Zhain acuh tak acuh terhadap mereka. Selain tipe yang pendiam dan tidak banyak bicara, Zhain juga tidak terlalu menyukai keramaian. Dia juga berbicara seadanya pada siapapun untuk menghindari ghibah.

“Van, kalau kau mau membantu abang mu ini. Aku sangat berterima kasih sekali”. Ucap Zhain lalu beranjak dari duduknya, mengambil segala barangnya, dan berjalan menuju kamarnya yang  berada di lantai dua.

            Mereka semua melihat kearah Zhain.

“Kak Zhain masih sama ya tante, om. Kapan dia bisa dapetin jodoh kalau sikapnya aja masih dingin kayak gitu”. Ucap Ivan sambil tertawa pelan.

            Zhaka hanya menggelengkan kepalanya.

“Kau tahu Zhain gimana, Ivan. Dia memang cuek. Bahkan kami pun sudah mengatakan padanya, siapapun gadis yang dia bawa asal dia berpendidikan bagus, kami pasti merestuinya”. Ucap Arisha.

“Iya tante Ica. Tapi apa tante uda coba mengenalkan dia sama anak-anak dari teman-teman tante ? Yang masih lajang juga gitu tan”. Ucap Ivan.

“Heeyy. Kau ini bicara apa Ivan. Kalau sampai abang mu dengar. Bisa habis kau. Kau tahu sendiri Zhain tidak suka dengan acara dijodohkan seperti itu”. Ucap Ida menasehati.

            Ivan terkekeh pelan sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

            Setelah mereka berbincang-bincang lama, akhirnya Ivan memutuskan untuk balik dari rumah Zhain. Karena hari juga sudah malam.


            Mereka bertiga masih duduk di sofa ruang keluarga, sambil menyesap teh hangat yang disediakan oleh Bi Atik, pembantu rumah tangga mereka yang sudah bekerja di rumah mereka hampir 25 tahun lamanya.

“Pa, gadis itu pasti baik hatinya”. Ucap Arisha sambil memeluk suaminya.

“Iya Ica, mama juga berpikir seperti itu. Orang lain yang tidak dia kenal saja, dia tolong. Sepertinya dia orang yang tanpa pamrih”. Timpal Ida.

“Apa mama sepemikiran denganku ?”. Tanya Arisha menatap ibu mertuanya itu.

            Mereka saling memandang, dan melempar senyuman mereka.

“Sekarang tergantung Zhain, Ica. Kau tahu, cucuku tidak suka dengan sistem dijodohkan”. Ucap Ida.

“Iya ma. Sudahlah. Biarkan Zhain menikmati masa lajangnya. Dia pasti juga berpikir ingin segera menikah”. Ucap Zhaka menasehati istrinya, agar tidak terlalu cepat menyuruh Zhain menikah apalagi menjodohkan kepada gadis yang menolongnya saat dia kecelakaan tadi pagi.

            Arisha diam dan mengangguk iya.

“Kita bisa pertemukan mereka berdua. Kita tidak perlu to the point sama Zhain, pa. Cukup mereka saling kenal saja dulu. Tak kenal kan maka tak sayang pa”. Ucap Arisha.

“Iya sayang. Tapi kau tahu gimana anak kita kan ? Dia pasti bakal menolak mentah-mentah gadis itu kalau tahu niat kalian ingin menjodohkan mereka berdua”. Ucap Zhaka lagi.

“Iya Ica. Biarkan waktu yang menjawab semuanya. Dan sekarang kita istirahat saja. Besok pagi aku ingin menjenguk sahabatku yang sedang sakit. Aku mau Lias mengantarku pagi-pagi”. Ucap Ida memberi pesan pada Arisha.

“Iya ma. Besok pagi aku suruh pak Lias untuk bersiap-siap mengantar mama”. Jawab Arisha.

***

Rumah Pradipta Salaman, Jakarta.,

            Dipta sedang menginterogasi putri angkatnya Icha. Bukan tidak percaya dengan istri dan kedua anaknya, tapi Dipta mengenal baik mereka yang tidak suka terhadap Icha. Dia ingin tahu secara langsung kejadian dimana Icha menolong orang tabrak lari tadi pagi di pasar. Sampai dia harus merelakan ponselnya sebagai jaminan tebusan biaya perawatan pertolongan si korban.

            Icha menceritakan semua kejadian kecelakaan itu, tanpa ada penambahan kata sedikitpun. Takut-takut dia menjelaskan, pasalnya ibu dan saudari angkatnya menatapnya tajam saat ini.

“Kau ini kalau bicara jangan dikurangi jangan ditambahi”. Ucap Leta berkata sinis pada Icha.

            Icha hanya menunduk ketakutan. Karena biasanya kalau sudah ada pertengkaran kecil dirumah, keesokan harinya saat Dipta pergi bekerja, Leta pasti akan menghajar Icha habis-habisan.

“Enggak bu. Icha bicara sesuai kejadian yang sebenarnya. Icha gak ada menambahi atau mengurangi bu”. Ucap Icha hampir meneteskan air matanya.

“Heh. Gak usah pakek air mata buaya. Bilang aja kalo ponsel mu, kau jual buat kau berfoya-foya”. Ucap Sinta berkata asal agar papanya, Dipta dapat terkecoh.

“Sudah-sudah. Kenapa jadi saling adu mulut begini”. Ucap Dipta menengahi mereka.

“Papa kenapa gak pernah percaya sama mama. Percayanya Cuma sama dia aja”. Ucap Sahya menunjuk ke arah Icha yang menundukkan kepalanya ke bawah.

“Iya. Semenjak dia datang numpang di rumah kita. Papa sama mama selalu aja bertengkar karena hal kecil”. Ucap Sinta lagi.

“Kau dengar Icha ? Kau memang anak pembawa sial di keluarga kami”. Ucap Leta mulai emosi.

            Dipta memijit pelipisnya yang sedikit pening. Karena pasalnya di rumah ini selalu saja terjadi pertengkaran seperti ini. Dipta memang mengakui, semenjak Icha datang ke rumahnya dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri, istri dan kedua anaknya langsung tidak menyukainya. Bahkan mereka seperti memusuhi Icha. Sejak itulah pertengkaran kecil di rumah mereka selalu terjadi setiap harinya.

            Dipta ingin sekali membuat Icha nyaman dengan mengontrak rumah sepetak khusus buat Icha, agar Icha tidak selalu disuruh-suruh atau dibentak dimarahi oleh istri dan anaknya. Tapi janjinya kepada almarhum kedua sahabatnya membuat Dipta mengurungkan niatnya itu. Dia juga kasihan melihat Icha yang sekarang sebatang kara.

 “Sejak kau datang kerumah kami. Papa dan mama kami selalu bertengkar. Dan itu karena kau. Karena kau Icha !!” Ucap Sahya lalu masuk kedalam kamarnya.

            Sinta juga ikut masuk kedalam kamarnya. Sedangkan Leta ? Dia masih menatap tajam kearah Icha.

“Istirahatlah Icha. Ini sudah malam. Papa mau istirahat dulu”. Ucap Dipta langsung berjalan menuju kamarnya.

            Leta dan Icha masih berada di ruang tamu.

            Saat Leta hendak masuk ke dalam kamarnya.

“Bu. Apa Icha boleh mengatakan sesuatu ?”. Ucap Icha takut-takut.

            Leta hanya diam.

“Gak usah bicara sok formal. Ciihhhh!”. Ucap Leta.

            Icha hanya diam menunduk. Lalu dia memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya dan menatap Leta.

“Bu, apa Icha tidak berhak mendapat kasih sayang ibu sedikit saja ? Icha tahu selama ini Icha selalu membuat kalian susah. Tapi Icha sangat sayang kalian”. Ucapnya lalu menundukkan kepalanya kembali.

            Leta menatapnya tajam.

“Kau dengar baik-baik anak pembawa sial. Aku bukan ibumu. Dan kau bukan siapa-siapa kami. Kau pikir kau siapa sampai aku harus berbagi kasih sayang ku pada mu hah ?”. Ucap Leta dengan nada pelan, agar Dipta suaminya tidak mendengar ucapannya.

“Kau tahu kenapa Tuhan beri takdir mu seperti ini ? Karena kau tak pantas bahagia. Kau lihat ? Bahkan orangtua mu meninggal karena dirimu. Karena kau memang anak pembawa sial. Kau harus sadar diri, kau tidak pantas dapati kasih sayang dari keluarga kami. Jangan pernah berharap sampai kapan pun”. Ucap Leta dengan nada mulai emosi.

“Dan sudah cukup untuk malam ini. malam terakhir kau mengucapkan itu padaku Icha. Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah jadi ibumu. Tidak akan pernah! Dan jangan lagi memohon pada aku untuk menganggap mu sebagai putri ku. Aku tidak akan pernah sudi!”. Ucapnya.

“Tapi ada satu hal yang harus kau lakukan kalau kau mau aku memaafkanmu setidaknya menerima mu ada dirumah ini”. Ucapnya.

            Icha seakan seperti diberi harapan besar oleh ibu angkatnya Leta. Dia lalu berdiri dan menghadap Leta dengan penuh harap.

“Apa itu bu ? Icha janji gak akan buat kalian kecewa sama Icha”. Ucap Icha sedikit bahagia.

“Kau tinggalkan rumah ini besok pagi dengan alasan kalau ingin hidup mandiri”. Ucap Leta pelan.

            Sebenarnya Leta sendiri juga kasihan melihat Icha yang sudah sebatang kara. Tapi kala melihat suaminya Dipta lebih memihak Icha dari pada dengannya dan anak-anaknya, membuat Leta membenci Icha. Dan membuatnya berpikir bahwa Icha pembawa masalah dalam rumah tangga mereka.

“Kami akan beri kau uang untuk kelangsungan hidupmu. Itu uang dari penjualan rumah dan mobil orangtua mu dulu. Sebagian bisa kau bawa pergi, sebagian lagi itu adalah hak kami karena sudah mengurus dirimu selama ini”. Ucap Leta tanpa getar di bibirnya.

            Leta lalu masuk ke dalam kamarnya tanpa menghiraukan Icha lagi.

            Icha diam dalam berdirinya. Sejenak dia merasa bahwa akan ada harapan untuknya diberi kasih sayang di rumah ini. Setidaknya dirinya diterima dengan baik dirumah ini. Dan dianggap saudara oleh kedua adik angkatnya itu. Tapi ternyata dugaannya salah. Menganggapnya ada di rumah ini, maksudnya adalah Icha harus pergi dari rumah ini.

            Dia diam sejenak.

            Dia lalu berjalan menuju kamarnya yang berdekatan dengan dapur. Menutup pintu kamarnya. Dia lalu terduduk sambil menyandarkan punggung pada pintu kamar. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

            Dia menangis lagi. Menangis adalah hal yang dia lakukan saat dia benar-benar tidak sanggup lagi menahan sesak di dadanya.

            Dia selalu berpikir apakah benar kalau dia tidak pantas bahagia. Dia tidak ingin di utamakan. Dia cuma mau di sayangi dan dianggap ada oleh orang-orang yang dia sayangi. Hanya itu dan tidak lebih. Dia ingin diberi perhatian walau sedikit saja.

            Dia yang sadar, karena sudah sebatang kara. Dia pikir dengan berada dirumah ini bisa membuat hidupnya berwarna. Setidaknya dia masih diberi kesempatan untuk bahagia dan menikmati kasih sayang keluarga, terutama kasih sayang orang tua.

            Tapi sepertinya apa yang dikatakan oleh ibu angkatnya Leta memang benar. Mungkin dia  harus pergi dari rumah ini. Karena di rumah ini, dia hanya membawa masalah dan pertengkaran saja. Icha juga merasa bersalah dan sadar, bahwa selama dia tinggal dirumah ini, Dipta dan Leta selalu saja berselisih paham.

            Dia mengusap airmata di pipinya. Berdiri lalu mengambil ransel kecil untuk membereskan pakaiannya yang tidak seberapa banyak dibandingkan pakaian milik kedua saudari angkatnya. Dia memutuskan untuk pamit dari rumah ini besok pagi.

Rumah Zhakaria Afnan, Jakarta.,

Pagi Hari.,

            Mereka sedang menikmati sarapan pagi mereka di meja makan. Seperti biasa hanya ada Zhaka, Arisha, Ida, dan pewaris utama Perusahaan Abadi Jaya, Zhain.

“Zhain, apa kau yakin dengan keputusan mu itu ? Papa gak mau kau merasa terbebani, Nak”. Tanya Zhaka pada Zhain yang sedang meneguk orange juice nya.

            Ida hanya melihat mereka dari duduknya.

“Kau pasti akan sangat sibuk sayang. Tugas mu sebagai seorang dokter spesialis jantung saja sudah membuatmu sibuk. Bahkan jarang pulang kerumah. Apalagi kalau ikut mengambil alih perusahaan papa. Mungkin kau akan sangat betah di kantor atau penthouse mu. Dan melupakan kami”. Ucap Arisha dengan wajah sedih.

            Zhain menghela nafasnya berat.

“Ma. Ini sudah jadi tanggung jawab Zhain. Biarlah Zhain yang mengambil alih perusahaan sekarang. Sudah waktunya dan Zhain sudah siap. Lagian Zhain sudah bukan dokter tetap lagi, sekarang Zhain akan datang ke rumah sakit kalau ada panggilan saja. Zhain tidak mau papa selalu kesana kemari hanya untuk urusan bisnis”. Ucapnya.

            Mereka saling memandang. Namun yang dipandang masih fokus pada ponselnya.

“Kalau memang itu keputusanmu. Maka kami pun akan ikut bahagia Zhain. Eyang jadi bisa selalu dekat dengan cucu Eyang lagi”. Ucapnya tersenyum pada cucu semata wayangnya, sambil mengelus rambut Zhain yang duduknya tepat disebelahnya.

“Eyang ini bicara apa, dimana pun Zhain berada, Zhain selalu ingat Eyang”. Ucap Zhain tersenyum kearah neneknya.


“Oh ya Zhain. Kapan kita cari gadis itu Nak ? Mama masih kepikiran dia terus. Mama gak sabar mau ketemu sama dia Nak”. Ucap Arisha.

            Zhain lalu memandang Arisha dengan wajah datar.

“Ica, biarlah Zhain mengurus urusannya dulu. Dia baru saja mengurus kepindahannya dari Medan. Jangan kau bebankan lagi dia untuk mencari gadis itu”. Ucap Ida mengingatkan menantunya.

“Yasudah. Ayo kita berangkat sekarang Zhain. Mereka sudah siap untuk menyambutmu dikantor”. Ucap Zhaka lalu berdiri dari duduknya.

“Semangat untuk hari pertama mu dikantor Nak. Kalau capek langsung pulang saja ya. Jangan terlalu paksakan pikiran mu”. Ucap Arisha memeluk putranya itu.

“Mama, Zhain bukan anak kecil lagi. Jangan terlalu berlebihan begitu”. Ucap Zhain membalas pelukan sang mama.

            Zhaka dan Ida hanya menggelengkan kepala melihat adegan romantis antara ibu dan putranya.

“Jadi kau melupakan Eyang mu ? Oke lah Nak gak apa-apa”. Ucap Ida dengan wajah dimasamkan.

“Tidak Eyang. Zhain sangat sayang Eyang”. Ucapnya lalu beralih memeluk Eyangnya.

“Kalau kau sayang Eyang. Maka segeralah menikah. Kasih aku buyut. Biar kami gak kesepian lagi di rumah”. Ucap Ida lagi.

            Zhain hanya diam dan tersenyum melihat Eyangnya. Mereka berdua lalu masuk kedalam mobil mewahnya. Zhain yang membawa mobilnya, sedangkan Zhaka duduk disebelahnya.
“Pak Lias, jangan lupa mengantar Eyang Putri nanti ya. Dan bawa mobilnya pelan-pelan saja”. Ucap Zhain mengingatkan Lias, supir pribadi keluarga Zhakaria Afnan, yang sedang mengelap mobil diseberang mobil mereka.

“Siap Den”. Ucapnya sambil menganggukkan kepala.

            Mereka lalu pergi kekantor. Dan Ida segera berangkat bersama Lias menuju rumah temannya yang sedang sakit.

***

Perusahaan Abadi Jaya, Jakarta.,

            Semua para pegawai Abadi Jaya sudah bersiap untuk bertemu dengan big boss mereka yang baru. Pasalnya selama ini, mereka tidak mendengar desas desus pergantian direktur yang baru. Tapi tiba-tiba saja direktur utama mereka akan mengumumkan sesuatu hal penting tentang Presiden Direktur baru di perusahaan mereka itu, yang tidak lain adalah pewaris utama Perusahaan Abadi Jaya.

            Banyak sekali wanita-wanita yang berharap bisa mendapat perhatian dari big boss baru mereka itu. Apalagi saat mendengar big boss mereka merupakan seorang dokter spesialis jantung yang masih lajang dan tampan.

            Tidak lama mereka berbisik-bisik. Terbuka lah pintu ruangan rapat utama itu. masuklah seorang pria dengan postur tubuh tinggi. Jas hitam melekat padat di tubuhnya yang atletis. Kemeja putih serta tuxedo hitam rapi dibalik jas hitamnya itu. Dasi berwarna hitam yang juga senada dengan celana panjangnya. Sepatu hitam runcing yang terlihat mahal.

            Pria itu adalah Zhain. Dia lalu duduk di kursi utama. Di samping kanannya terdapat Zhaka, papanya.

“Perkenalkan, beliau adalah Presiden Direktur Utama baru di Perusahaan Abadi Jaya ini dan akan bekerja mulai hari ini”. Ucap Zhaka hanya mengenalkan putranya secara singkat.

            Semua pegawai lalu menunduk hormat.

“Saya Zhain Afnan, panggil saya Zhain. Senang bisa bertemu dengan kalian semua. Saya ingin kita menjadi tim yang solid, kompak, dan disiplin waktu”. Ucap Zhain singkat lalu duduk kembali di kursinya.

            Semua lalu kembali fokus pada layar proyektor.

***

Rumah Pradipta Salaman, Jakarta.,

            Mereka semua sedang menikmati sarapan mereka di meja makan, kecuali Icha. Icha masih berada di dalam kamarnya. Dia sengaja tidak ikut sarapan seperti biasanya. Karena kalau dia ikut sarapan, maka yang lainnya akan pergi dari meja makan dan itu akan membuat Dipta dan Leta bertengkar lagi karena dirinya. Selama dia hidup bersama keluarga Pradipta Salaman, dia tidak pernah merasakan kasih sayang sepenuhnya dari keluarga ini, meskipun hanya sebatas menikmati sarapan pagi bersama dalam satu meja makan.

            Icha sedih, hidupnya seperti hilang arah semenjak kepergian kedua orang tuanya. Dia bahkan merasa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.

            Dia mengambil satu bingkai. Ada almarhum kedua orang tuanya dan dirinya disana. Di foto itu, usianya masih 7 tahun. Sebuah foto yang terlihat sangat bahagia.

“Ayah.. Ibu.. Aku disini baik-baik saja. Aku akan menjaga diriku dengan baik setelah pergi dari rumah ini”. Ucapnya menyimpulkan senyum di bibirnya lalu memeluk bingkai foto itu.

            Kemudian dia meletakkan bingkai foto itu di dalam ranselnya. Sekarang dia sudah siap berkemas, dia hendak pamit kepada ayah angkatnya, Dipta.

Dia pikir Dipta pasti tidak akan menyetujui keinginan dia pergi dari sini. Karena waktu lalu Icha juga pernah melakukannya yang merupakan suruhan dari Leta, tetapi Dipta malah memarahinya habis-habisan.

            Dan untuk sekarang, Icha yakin sekali akan pergi dari rumah ini. Sebisa mungkin dia berusaha keras untuk meyakinkan Dipta supaya mengizinkan dia untuk hidup mandiri.

            Icha keluar dari kamarnya, lalu meletakkan ranselnya di sofa keluarga. Dia lalu berjalan menuju dapur, dimana semua orang sudah selesai dengan sarapan mereka masing-masing.

            Icha berhenti melangkahkan kaki. Dia menatap mereka dari kejauhan. Mereka tengah bercanda dan tertawa bersama seperti tidak ada beban sama sekali. Yah! Icha pikir dia seharusnya tidak mengganggu keharmonisan keluarga ini selama 13 tahun lamanya.

Kehangatan sebuah keluarga yang dia lihat saat ini membuat hatinya terenyuh. Dia merasa bersalah, karena selama ini dia menjadi boomerang diantara Dipta dan Leta. Sehingga membuat mereka terus bertengkar, dan yang kena imbasnya adalah kedua putri mereka sendiri, yang sudah Icha anggap sebagai adiknya sendiri.

Icha yang fokus melihat mereka sedang bercanda tak sadar kalau Dipta melirik kearahnya.

“Icha, kemari Nak. Kenapa kamu disitu. Sini sarapan. Kamu lama sekali, ngapain saja kamu dari tadi ?”. Tanya Dipta lalu menarik sebuah kursi untuk Icha.

            Icha lalu melirik kearah Sinta dan Sahya yang mulai merubah mimik wajah mereka, termasuk Leta yang sudah memasang wajah tidak sukanya ke arah Icha.

            Icha menelan salivanya dengan susah payah. Dia lalu berjalan kearah mereka dan duduk di kursi sebelah Dipta.

“Kamu sarapan. Papa mau berangkat kerja”. Ucap Dipta hendak berdiri dari duduknya.

“Pa tunggu”. Ucap Icha spontan hingga Dipta kembali duduk.

            Semua orang memandang mereka. Leta masih menatap tajam kearah Icha. Dia berharap Icha segera mengatakan bahwa ingin segera pergi dari rumah ini.

“Ada apa Icha ? Ada yang mau kamu bicarakan ?”. Tanya Dipta mengelus rambut panjang Icha.

            Icha hanya mengangguk iya dan tidak berani mengangkat wajahnya menatap Dipta.

“Lihat papa Nak. Kamu mau bicara apa sayang ?”. Tanya Dipta lembut padanya.

“Ngomong aja, gak usa pakek drama! Gue uda mau berangkat kuliah”. Ucap Sinta menyindir.

“Tauk nih! Dasar ratu drama! Bilang aja lo mau ponsel baru! Ponsel lo kan uda lo jual di pasar loak!”. Ucap Sahya sinis.

“Kalian bisa tenang ? Sinta, kalau kamu berangkat duluan, yauda sana pergi naik gojek saja. Sahya, kamu kan gak sekolah. Kamu bisa beresin meja ini kan Nak ?”. Ucap Dipta.

            Semua hanya diam. Dan mereka tidak mau bergerak dari tempat mereka masing-masing karena penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Icha.

“Pa, Icha izin mau pergi dari rumah. Ic..Icha ingin hidup mandiri”. Ucap Icha menatap Dipta.

            Dipta hanya menatapnya. Dia lalu menghela nafasnya panjang. Sinta dan Sahya tentu saja tidak terkejut lagi, pasalnya Icha pernah berkata seperti itu. Tapi Dipta malah melarangnya.

“Kalau kamu pergi dari sini. Lalu kamu mau tinggal dimana sayang ? Kamu juga tidak punya pekerjaan apapun”. Ucap Dipta.

            Icha menatapnya dengan wajah memohon.

“Pa, orang tua Icha pernah meninggalkan rumah dan mobil dulunya kan Pa ? Apa Icha boleh meminta sebagian hak Icha itu Pa?”. Tanya Icha dengan penuh percaya diri.

            Semua orang terdiam. Dipta masih berpikir, kenapa Icha bisa berkata seperti itu. sejenak dia berpikir, kalau mungkin sudah saatnya Icha hidup mandiri. Walau belum sempat menjalankan amanah dari almarhum orang tua Icha, tapi setidaknya dia akan menjadi wali saat Icha menikah kelak.

“Kamu yakin dengan keputusan kamu Nak ?”. Tanya Dipta memastikan.

            Icha hanya mengangguk iya.

“Yasudah. Papa akan carikan kamu rumah kecil disekitar sini. Kita akan tetap satu dusun. Supaya kami bisa selalu memantau kamu”. Ucap Dipta seperti kurang yakin dengan keputusannya memperbolehkan Icha hidup mandiri.

“Tapi Pa. Icha mau hidup mandiri di luar Jakarta Pa. Icha berniat ke Medan. Icha mau menghabiskan hidup Icha di kampung halaman Icha, Pa. Icha harap Papa menyetujuinya. Icha janji Icha akan selalu beri kabar untuk keluarga disini”. Ucap Icha.

            Semua memandangnya dengan tatapan sinis.

            Setelah berbicara panjang lebar, akhirnya Dipta mengiyakan keputusan Icha. Dan pada pagi itu juga Dipta mengambil buku tabungan yang memang sudah dia sediakan buat Icha ketika dia sudah dewasa.

            Semua terkejut dan bahagia, karena Dipta menyetujui keputusan Icha untuk keluar dari rumah mereka setelah 13 tahun Icha menumpang hidup bersama mereka.

            Dipta mengikhlaskan kepergian Icha dari rumah, tapi dengan syarat dia harus tinggal selama sehari lagi di rumah mereka. Karena Dipta ingin, besok paginya dia yang mengantarkan Icha ke Medan dan mencari rumah yang pas buat Icha. Dipta hanya ingin memastikan kalau keadaan Icha baik-baik saja setelah Dipta melepas putri angkatnya itu untuk hidup sendiri dan mandiri di kota kelahirannya.

            Sedangkan ibu dan kedua saudari angkatnya ? Mereka merasa senang dan bahagia, karena orang yang mereka benci selama ini, yang mereka anggap sebagai pengacau dan pembawa sial akan segera angkat kaki dari rumah mereka.

“Ini Nak. Disini sudah ada uang tabunganmu. Untuk kebutuhan hidupmu disana. Cukup untuk 6 bulan. Selebihnya, nanti papa kirim uang buatmu setiap bulannya. Dan untuk rumah mu disana nanti. Papa akan belikan rumah minimalis untuk mu disana”. Ucap Dipta sambil memberikan buku tabungannya kepada Icha.

            Icha mengambilnya.

“Icha akan mencari pekerjaan disana Pa. Disana kan banyak cafe-cafรฉ  di sekitaran Mall, Pa. Icha mau coba jadi waitress atau kokinya. Icha kan lulusan tata boga. Walaupun hanya tamatan SMK, Icha yakin ijazah Icha masih bisa mereka pertimbangkan”. Ucapnya meyakinkan Dipta.

“Yasudah Nak. Papa percaya sama kamu. Yang penting disana nanti kamu  jaga diri. Dan kalau ada apa-apa hubungi Papa. Nanti Papa akan belikan ponsel baru buat kamu, supaya kita bisa terus saling menghubungi”. Ucap Dipta mengelus pelan rambut panjang Icha.

“Iya Pa. Siap!”. Ucap Icha sambil menyengir.

            Mereka bertiga memandang Icha dengan tatapan jijik.

            Icha menatap mereka dengan tatapan sendu. Dia sendiri tidak tahu, apa salahnya selama ini. Padahal selama dia hidup bersama mereka, Icha selalu memberi yang dia bisa beri, membantu apa yang dia bisa bantu. Bahkan dia rela mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dan juga tugas-tugas kedua saudari angkatnya. Dia rela menjadi tukang pijit Leta setiap dia dibutuhkan.  Tapi, ibu dan saudari angkatnya itu bahkan masih saja tetap membencinya.


            Dipta sudah berangkat kerja bersama dengan Sinta. Tinggal lah mereka bertiga. Leta, Sahya, dan Icha.

            Icha sudah membereskan dapur. Mencuci semua piring kotor, membereskan meja dapur. Dia juga sudah menjemur semua pakaian yang sudah dia cuci sejak pagi-pagi tadi. Sekarang dia baru saja selesai menyapu rumah. Dia lalu duduk di sofa karena kelelahan, hampir 2 jam dia sudah membereskan seisi rumah itu.

“Hey kau. Jangan duduk di sofa kami”. Ucap Sahya lalu duduk di sofa dengan kaki diangkat di atas meja.

            Icha lalu berdiri dari duduknya, dan mengambil sapunya. Dia hendak berjalan menuju dapur.

“Tunggu Icha”. Ucap Leta.

            Icha lalu menghadap Leta.

“Iya bu. Ada yang Icha bisa bantu bu ?”. Tanya Icha dengan suara pelan.

            Leta masih memandang Icha. Sebenarnya didalam hatinya, dia sangat sedih dan merutuki dirinya sendiri, karena selama ini sudah memperlakukan Icha dengan sangat buruk. Mengingat Icha adalah anak sebatang kara. Dia juga sangat baik memperlakukan keluarganya selama ini. Icha juga tidak pernah membantah perkataannya. Bahkan dia juga sangat menyayangi kedua putrinya seperti layaknya kakak beradik.

            Seandainya posisi kedua putrinya sama persis seperti posisi Icha, disana dia mungkin tidak tenang. Ketika melihat kenyataan yang sebenarnya, Leta kembali pada pikiran kotornya.

            Dia tetap bersikeras dengan ego nya, kalau karena Icha lah, dia dan suaminya selalu bertengkar setiap harinya. Dan suaminya pun menjadi gampang marah terhadap kedua putrinya.

            Icha yang dipandang Leta, hanya menundukkan kepalanya. Takut jika Leta akan menghukumnya dan memukulnya lagi dengan sapu.

“Icha. Kau tidak perlu menunggu suamiku pulang”. Ucap Leta memandang Icha.

            Icha lalu memandang Leta dengan tatapan bingung.

“Pergilah dari rumah kami sekarang. Dan ini, ambil ini. kau bisa membeli ponsel sendiri. Aku ingin kau segera pergi dari sini”. Ucap Leta memberi amplop putih yang berisi uang.

“Tap..tapi bu. Papa bilang..”. Ucapan Icha terhenti.

“Kau mau aku mengakui mu sebagai anak sendiri bukan ?”. Tanya Leta.

            Icha mengangguk iya.

“Nah sekarang, ikuti perintahku. Suami ku sudah memberi buku tabunganmu. Dan amplop ini, kau bisa menghematnya. Beli lah ponsel yang murahan, agar suamiku mudah menghubungi mu disana. Ini nomor ponsel suamiku, kau bisa hubungi dia kalau sudah sampai di Medan nanti. Carilah rumah kontrakan yang murah. Aku tidak mau uang kami habis hanya karena membelikanmu rumah kecil disana”. Ucap Leta lalu memalingkan wajahnya dari Icha.

            Sungguh Leta pun berat hati mengatakan itu. Tapi dia merasa, kalau ini adalah keputusan yang terbaik.

“Terima kasih bu. Icha janji, Icha akan selalu mengabari kalian”. Ucap Icha seraya hendak menangis.

“Gak usah pakek drama segala deh lo!”. Ucap Sahya sinis dan tak suka.

            Icha hanya diam dan tersenyum tipis. Dia lalu berjalan menuju kamarnya. Mengambil jaket dan memakainya. Memakai flat shoes yang harganya terbilang murah. Dia memakai ransel yang berisi pakaian yang selama ini dia kenakan. Dia tidak membawa pakaian yang dibelikan oleh keluarga Pradipta, karena itu adalah perintah dari Leta sendiri.

            Icha lalu keluar kamar, berjalan menuju pintu. Dia berdiam diri sejenak.

“Hey. Kau tidak membawa baju yang kami belikan untukmu kan ?”. Tanya Sahya mendekati ransel Icha.

“Enggak Sahya. Disini hanya baju-bajuku saja kok”. Jawab Icha.

            Leta yang memandang mereka, entah kenapa hatinya terasa terisis. Dia tidak tahu kenapa perasaannya seperti ini sekarang.

“Bu, apa aku boleh meminta sesuatu dari kalian ?”. Tanya Icha seraya takut-takut.

“Kau ingin tanya apa hah ? Tentang suamiku ? Kau tidak perlu cemas. Alasan kepergianmu itu sudah aku siapkan untuknya. Jadi sekarang pergilah. Cepat beli tiketmu. Jangan sampai kau kehabisan tiket ke Medan”. Ucap Leta tanpa melihat wajah Icha.

            Icha diam lalu bertanya lagi pada Leta.

“Bu. Aku akan pergi dari sini. Apa aku boleh memeluk kalian berdua ?”. Tanya Icha hati-hati.

            Mereka berdua lalu terdiam. Sahya lalu melihat kearah ibunya, Leta.

Leta hanya diam saja melihat Icha. Dia juga bingung, dari lubuk hatinya yang paling dalam, sejujurnya dia juga ingin memberikan pelukan kasih sayang untuk Icha.

Tapi disisi lain, rasa tidak terima dia selama ini begitu besar. Sehingga membuat dia menjadi egois seperti ini.

Icha menyadari, bahwa tidak mungkin keluarga yang dia anggap sebagai keluarga sendiri mau memberikan pelukan kasih sayang kepadanya. Dia sadar posisinya yang hanya menumpang hidup dirumah ini.

Sungguh Icha sangat ingin mendapatkan sebuah pelukan kasih sayang dari seorang ibu, yang selama ini dia rindukan. Tapi ternyata, Tuhan berkata lain. Icha berpikir, ini adalah yang terbaik untuknya saat ini.


Tidak ada respon sedikit pun dari Leta dan Sahya. Hingga akhirnya Icha angkat bicara lagi.

“Terima kasih bu. Selama ini sudah memberi tumpangan hidup untuk Icha. Seandainya mampu, Icha akan membalas kebaikan kalian nantinya. Sejujurnya, Icha ingin sekali merasakan pelukan seorang ibu, dan pelukan dari saudari Icha. Karena Icha memang  dulunya tidak punya saudari kandung”. Ucap Icha dengan suara serak, sebagai suara khasnya.

            Sahya hanya diam, dia berpura-pura memainkan ponselnya dan mengacuhkan ucapan Icha.

            Sedangkan Leta ? Dia hanya memalingkan wajahnya dan beralih menatap keluar pintu rumah.

“Apa Icha boleh memeluk Ibu dan Sahya ?”. Tanya Icha sambil tersenyum tulus. Berharap permintaan terakhirnya bisa dikabulkan.

“Icha titip salam sama Papa dan juga Sinta ya bu. Dan Sahya, kamu harus rajin belajar ya dek. Supaya bisa jadi orang sukses nantinya”. Ucap Icha seraya memberikan pesan singkat kepada Sahya.

            Sahya hanya diam saja dan pura-pura tidak mendengar.

“Icha pergi pamit dulu ya bu. Assalamualaikum”. Ucapnya lalu melangkahkan kaki keluar rumah.

            Sahya memandang Icha. Dan Leta, dia tidak sadar dia hampir meneteskan air matanya. Mereka lalu berjalan keluar rumah melihat kepergian Icha yang selama 13 tahun ini hidup bersama mereka. Yang selama ini tidak mereka perlakukan dengan baik.

            Setelah berjalan sampai halaman rumah, dia lalu berbalik menghadap pintu rumah lagi. Dia melihat ibu dan saudari angkatnya melihat kepergiannya. Dia lalu tersenyum kearah mereka.

            Namun Leta dan Sahya hanya diam. Leta lalu mengajak Sahya masuk kembali kedalam rumah. Dan menutup pintu rumah mereka.

            Seketika Icha tersenyum kecut.

‘Bagaimana pun sikap kalian terhadapku. Aku tetap menyayangi kalian bu. Sahya’. Bathin Icha.

            Dia lalu berjalan lagi menuju pintu gerbang. Membukanya lalu menutupnya kembali. Dia diam sejenak menatap rumah yang selama 13 tahun ini dia tinggali. Sekarang, dia benar-benar akan pergi dari rumah ini dan kembali ke Medan, kampung kelahirannya.

            Icha lalu melangkahkan kaki berjalan sampai kedepan gang. Untuk mencari angkutan umum, yang bisa membawanya menuju bandara.

            Dari dalam rumah, Leta dan Sahya mengintip Icha yang berjalan keluar dari halaman rumah. Setelah Icha sedikit jauh berjalan dari rumah mereka. Leta lalu keluar dari rumahnya.

Entah kenapa hatinya pedih saat ini. Seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Begitu juga Sahya, entah kenapa Sahya merasa dia tidak nyaman dengan kepergian Icha. Yang padahal keinginan mereka dari dulu adalah Icha keluar dari rumah mereka.

‘Ini adalah yang terbaik. Dan aku tidak akan menyesalinya’. Bathin Leta. Lalu berjalan menuju kamarnya.

Instal untuk Membaca Versi Lengkap๐Ÿ‘‰<<Chandani's Last Love>>

Wang Tidak Dituntut

Tahu x, korang boleh check wang-tidak-dituntut korang & boleh buat tuntutan. try la check, mana tau ada Ribu2.. 

Step 1 : register kat website (cara2 ada kat gambar) https://egumis.anm.gov.my

Step 2 : semak ikut ic korang. Boleh jugak Chek I/C kawan2 or Family. Sehari boleh chek 2 I/C Sahaja. 

Step 3 : Boleh tuntut Di Pejabat insolvensi berdekatan

Selamat menyemak!

Tuntutan, selepas Habis PKP ye. Jangan pula bila suda chek, ada duit. Terus pegi Pejabat Insolvensi. Pejabat Tutup, lepas PKP baru Buka.. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Monday, 1 June 2020

Scammer Online

● AWAS PENIPU

Scam List Malaysia | SENARAI PENIPU DALAM TALIAN (Online) Di Malaysia 2020
Senarai Penipu Atas Talian (Online) Di Malaysia 2020

Yang popular sekarang no 184 

UtamaTentang Penafian
18 February 2020
Senarai Nama Syarikat / Perniagaan Scam Yang Dikeluarkan Oleh Bank Negara 2018!
Assalamualaikum


Ramai gila di Malaysia sebenar kaki scammer yang cari makan dengan jalan yang haram, hari ni aku hendak mendedahkan senarai nama syarikat / perniagaan scam yang telah disahkan oleh Bank Negara Malaysia:


1. 1globalcash 
2. 1Gold.com.my (www.1gold.com.my)
3. 3Sixty Venture Capital PLC (www.empire3sixty.com) 
4. A.A.M Global Corporation Sdn Bhd 
5. Ace Global Sales & Services
6. Ace Dimension Network Sdn Bhd 
7. AE Group Holding Pte. Ltd. (201322498-D) (www.aevfc.com)
8. Agarwood Venture (002273031-A) 
9. Agar Wood Chamber of Commerce Malaysia 
10. Ahmad Zulkhairi Associates PLT ( LLP0009065) (www.fx10capital.com)
11. Ajuwah Realty Sdn Bhd (966604-D) 
12. Ajuwah Agencies Sdn Bhd (966604-D) 
13. Ajuwah Consultancy 
14. Alpari (Asian) Ltd
15. Al-Saliha Worlwide Sdn. Bhd. (628267-M) 
16. Amazing Yields Sdn Bhd (891529-V) 
17. Amethyst Gold Creation Sdn Bhd (951063-K) (www.powergoldclub.com) (www.powergold999.com) (www.powergold.biz)
18. Applikasi Duit (www.aplikasiduit.com) (www.facebook.com/aplikasiduitandroid)
19. APS Asia Plantation Sdn Bhd (984575-T) 
20. Arba Emas Perak (SA0280035-A) (www.arbaemasperak.com)
21. Aruna Travel 
22. Arribhu Suci Suci Enterpise (www.premierfxmarket.com)
23. Asas Seroja Sdn Bhd (357014A) 
24. Asset Growth Solution Enterprise (002552148 - K) (www.aplikasiduit.com) (www.facebook.com/aplikasiduitandroid)
25. Ashnik Holdings (M) Sdn Bhd (1124601D) 
26. Ashnik Trading (002369914-W) 
27. AsiaLink Globe Capital (www.com-agc.com)
28. Astral Progress Sdn Bhd (989294-K) 
29. Atlantic Global Asset Management (AGAM) (atlanticgam.es)
30. AU Niaga Sdn Bhd (907806-W) 
31. AU79 International 
32. Auto Trading Management (www.facebook.com/simplyfxmalaysia/)
33. Aurawave Marketing Sdn. Bhd (www.aurawave2u.com)
34. Axis Capital Corporation Ltd (www.axiscapitalcorp.com)
35. Aziera Gold Enterprise (NS0133976-K) 
36. BC Academy Sdn Bhd www.bookcoinsmalaysia.com
37. BC Bullion Sdn Bhd 
38. Berkat FD Sdn Bhd 
39. BFS Markets Ltd (www.bfsforex.com)
40. Binary Indulgence Sdn Bhd (963258-W) 
41. Bitclub Network (bitclubnetwork.com) (www.facebook.com/bitclubnetwork.BCN)
42. BitKingdom (www.bitkingdom.org)
43. Build Rich Mining Group Bhd (1006586-T) (www.buildrich.us)
44. Build Rich Investment Group Ltd 
45. Build Rich Group Holding 
46. Build Rich Agrotech Berhad 
47. Build Rich Enterprise 
48. Bumi Klasik Warisan Enterprise 
49. Capital Asia Group (M) Sdn Bhd (www.capitalasiagroup.com)
50. Carbon Cash Bhd (1218702-K) (carbontoken.com) (goalgreen2u.com)
51. Cash Deal Sdn Bhd (Boss Venture) (www.bossventure.com)
52. Century Dynasty Asia Pacific Sdn Bhd
53. Century Dynasty Group Berhad
54. Century Dynasty Group LTD
55. Century Dynasty Resources Sdn Bhd (980031-K)
56. Celik Emas Enterprise (0021517795-K) 
57. Changkat Agro Resources (IP 0353991V) 
58. CG international
59. CGF Fine Metal Sdn Bhd 
60. Classic Worldwide Corporation (M) Sdn Bhd (773082M) (www.cwc.com.my) (programarba.blogspot.my)
61. Climate Protectors Sdn. Bhd 
62. Coin Enterprise Ltd (Livecoin.net)
63. Crowd Care Sdn Bhd (lifeengineering.com.my)
64. CryptoDaily Investment Packages (cryptodaily.io)
65. CTK Network (CTK2U.com)
66. Classic FX Venture
67. CybertrustFX 
68. CYL Asia Enterprise 
69. CYL4U Resources (www.cyl4u.com)
70. CYL Peoria Enterprise 
71. CYL Prospect Trading 
72. Danatama Millennium Sdn Bhd (819082-U) 
73. Dana Haji Jasman 
74. Darul Emas Perak Bhd 
75. DBB Star Sdn Bhd (1110055-M) 
76. Degold Empire Sdn Bhd (882335-M) 
77. Delta Wealth Services (002194713-K) 
78. Destiny Resources Services 
79. Dgreat Network (info.simplebisnes.com)
80. Dinar Dirham Global (www.dinardirham.com) (www.dinardirham.online)
81. DM Rise Enterprise (PG 0262929-H) 
82. DNA Profile Sdn Bhd (245435-W) 
83. Dream Success International Sdn Bhd (1002002-P) (www.Surewin4u.com)
84. Dynamic Wira Marketing Sdn Bhd - Skim Beras 1 Malaysia 
85. Dynasty Worldwide Sdn Bhd (800311-D) (www.dynasty-worldwide-net) (www.dynastymf.com)
86. Eagle Aeronautics (M) Sdn Bhd (796603-A) 
87. East Cape Mining Corp 
88. Ecobit 
89. Ecofuturefund (www.ecofuturefund.biz)
90. Efzinitus Capital Pte Ltd (www.efzinitus.com)
91. Emgoldex (Emirates Gold Exchange) 
92. Empire Five Trading (www.mikadofx.com)
93. Energetic Gateway Sdn Bhd (511826-X) 
94. Epic Palms Bhd (epicpalmsberhad.com)
95. Ethtrade Limited (ethtrade.org)
96. Ethtrade Malaysia 
97. Everise Fumigation Sdn Bhd (861654-K) 
98. Exorbitance Influence Sdn Bhd (1191499-U) (www.krubal.com)
99. Exquisite Bottle Index Sdn Bhd (1060843T) (www.xbi.com.my)
100. Exness Executive Management (exnesmalaya.com)
101. Exness Malaysia (exnesmalaya.com)
102. Extra Capital Programme (extracapitalprogram.com)
103. Ezy Save Trading (PG0216560 - V)
104. Ezey Marketing 
105. E-Qirad Sdn Bhd (595699-D) 
106. FA Markets 
107. Family Wealth Resources (SA0310508-M) 
108. Fari Group Global Resources (SA0319984-M) 
109. FBS Malaysia (fbsmy.com)
110. FE Brands (M) Sdn Bhd (1000656-H) 
111. Flexsy Enterprise & Barrilorne Corp 
112. FNZ Capital Limited (www.intelfx.com)
113. Fruits LT Ventures (www.facebook.com/Fruits-LT-Ventures-161191244419863)
114. Fruits LT Ventures Investment Scheme (www.facebook.com/Fruits-LT-Ventures-161191244419863)
115. Fortrend International Sdn Bhd (876619-X) 
116. Forex4you (www.forex4you.com) (www.facebook.com/forex4you.malaysia)
117. Forexnova (www.facebook.com/forexnovamalaysia)
118. Futurebarrel.com (futurebarrel.com)
119. Future Trade Indojaya Sdn Bhd (1003327-P) (ftindojaya.blogspot.com) (www.ft-indojaya.com)
120. FXBitlab Holdings Sdn Bhd (1212832-T) (www.fxbitlab.com)
121. FxUnited Malaysia (myfxunited) 
122. FXUnited Power Sdn Bhd (1146795-M) (www.fxunitedpowerinternational.com)
123. FXZN Zenith Limited (www.fxzn.com)
124. FXZN Investment Limited 
125. FXZN Zenith Management Limited 
126. FX Primus Ltd (trivfx.com)
127. Gain FX Capital Sdn Bhd (www.gainfxcapital.org)
128. Gan Patt Services 
129. Ganding Wawasan Trading (TR0133766-A) 
130. Gemilang Jalur Pintar Enterprise (www.jutawanapp.com) (www.facebook.com/JutawanApp)
131. GGC Aquaculture Sdn Bhd (1044976P) 
132. GGF Golden House Sdn Bhd (803753-W) 
133. GGT Golds Sdn Bhd (547290-D) 
134. Global Creation Trading 
135. Global Golds Trading (JM0518201-W) 
136. Global Peace Loving Family (www.globalpeacelf.com)
137. Global Tijari Holdings Berhad 
138. Global Tijari Industries Sdn Bhd
139. Global Venture Financing (globalventurefinancing.com)
140. Global Wave Gold Corporation (globalwavegold.com) (gwgfx.com)
141. GM Trader (www.gmtraderteam.com) (www.facebook.com/GmTrader-859208567506294)
142. Gold Bullion World Sdn Bhd (1018604-A) (goldenworld.com.my)
143. Gorgeous Chain Sdn Bhd (841928-P) 
144. Grand View Golden Success Sdn Bhd (638186-X) - Golden Maximum
145. Golden Speed Trading (002252254-K)
146. Great Access Sdn Bhd (517965-X) 
147. Green Buck Resources Sdn Bhd (851115-A) 
148. Greenmillion Agrosolution Enterprise (greenmillionagrisolution.blogspot.com)
149. Green Forest Global Sdn Bhd (987049-P) 
150. GTGVIP (www.gtgvip.biz) (www.gtgvip.net)
151. HAFX Global Venture Sdn Bhd 
152. Harvest Reliance Consultancy Sdn Bhd (965589-W) 
153. HEA Teguh 
154. Hexa Commerce Sdn Bhd (645798-X) 
155. HG Resources Sdn Bhd (www.highwayrich.com) (www.highwayrichclub.com) (www.highwaygroup2u.com)
156. HiFX Asia (HiFX) (www.hifx2rich.com)
157. Highway Group Resources (www.highwayrich.com) (www.highwayrichclub.com) (www.highwaygroup2u.com)
158. Hin Huat Auto Sparts (TR0005484-X) 
159. HotForex Malaysia (www.hotforex.com) (www.facebook.com/hfmarketsmalaysia) (hotforexpro.blogspot.my)
160. Holiday Express Asia 
161. Honest Group Ltd 
162. Hupro International Inc 
163. I & A Global Community Network 
164. Iconhill Holding Sdn Bhd (810775-P) 
165. IGC Diamond 
166. IGOFX (www.facebook.com/IGOFXinvestment)
167. Infinity Star International Sdn Bhd (851864-T) 
168. Instaforex 
169. Instagroup Resources (JM0531870-X) 
170. Inint Global Solution - IGS (www.igsvc.biz) (www.facebook.com/igs.biz)
171. Inter Pasicfic Soyy Enterprise 
172. Iridian Ventures PLT (LLP0002569-LGN): 
173. IronFX Solid Trading 
174. Isothree Gold Sdn Bhd (906561-K) 
175. Itradex (www.itradexsystem.com)
176. Jalatama Management Sdn Bhd (929594-W) (www.jalatama.com)
177. Jalur Gemilang Maju Enterprise (SA 0412058 - U) (www.jutawanapp.com) (www.facebook.com/JutawanApp)
178. Jazlaan Enterprise 
179. Jihadfarisha Ventures (www.dpkingfx.weebly.com)
180. JJ Commerce Trading (SA0399365P) 
181. JJ Global Network (www.jjptr.com)
182. JJ Online Enterprise (SA0399360K) 
183. JJ Poor To Rich (www.jjptr.com)
184. JAA LIFESTYLE  
185. JM Communications & Technology Sdn Bhd (702054-V) 
186. JMI Global 
187. JTGold 
188. Jutawan Apps (www.jutawanapp.com) (www.facebook.com/JutawanApp)
189. Kelab Kebajikan dan Sosial Tun Teja Malaysia (yds2u.com)
190. Kelab Kebajikan Sosial Malaysia (VVIP88) 
191. Keenan Capital Group (www.kcgtraders.com) (www.keenonlinefx.com)
192. Keenan Prestige Services (002095851-P) 
193. Keenan Brilliant Services (002021597-V) 
194. Kembara Jutawan Crypto (www.facebook.com/svdmalaysia) (www.cryptobeggar.net)
195. Khaira Sakinah Resources (CT0018249-R) 
196. Kilauan Padu Services Sdn Bhd (KPSSB) (657711-X)
197. KL FxUnited Club 
198. Kris Plus Enterprise (IP0238424-A) 
199. Kudaemas (www.kudaemas.com)
200. L & L Property Ventures SB (1186992T)
201. Lestari2U (www.lestari2u.com)
202. LetDuit Scheme (www.letduit.com); Let Duit Boss (Facebook page); LetDuit Plan 30 Hari (Facebook page)
203. Liberty Reserve (www.libertyreserve.com)
204. Life Time Holidays Sdn Bhd (727129-U)
205. Live Coin Express
206. LocalAdClick (localadclick.net)
207. LocusNetwork4u.com (locusnetwork4u.com)
208. LS Gold Bullion Sdn Bhd (235435-H)
209. Mama Captain International